gravatar

Ketika Makanan Beracun Tertelan

Banyak kasus-kasus keracunan makanan yang dilaporkan media massa seperti yang sering kita dengar atau baca. Namun, banyak pula kasus-kasus keracunan makanan yang tidak terungkap atau tidak terlaporkan karena gejala-gejala yang timbul ringan dan bisa sembuh dengan cepat.
Harus dibedakan antara keracunan makanan (food intoxication) dengan penyakit infeksi yang ditularkan melalui makanan (foodborne infection).

Pada keracunan makanan, gejala-gejala terjadi karena bahan beracun (misalnya racun tanaman/hewan, pestisida, logam berat, toksin mikroba) ikut tertelan bersama dengan makanan. Sementara itu, penyakit yang ditularkan melalui makanan, yang umumnya berupa penyakit infeksi, bibit penyakit (misalnya bakteri, virus, dan parasit) tertelan bersama dengan makanan dan penyakit timbul oleh bibit penyakit tersebut.

Pada penyakit keracunan makanan, umumnya gejala-gejala terjadi tak lama atau segera setelah menelan makanan yang tercemar bahan beracun. Gejala-gejalanya bergantung pada jenis dan jumlah racun yang termakan, yang utamanya bersangkutan dengan sistem pencernaan seperti mual, muntah, sakit dan melilit di daerah perut, dan diare. Banyak juga racun yang menyerang susunan saraf sehingga terjadi rangsangan saraf seperti tegang otot dan kejang-kejang atau sebaliknya, otot-otot lemas kurang tenaga bahkan sampai lumpuh. Penderita dapat menunjukkan kondisi mengantuk sampai pingsan (koma). Kematian sering terjadi karena hambatan pernapasan atau hambatan kerja jantung.

Pada penyakit infeksi yang ditularkan melalui makanan, gejala-gejala mulai timbul berselang lebih lama setelah mengonsumsi makanan yang tercemar bibit penyakit. Lamanya bergantung pada periode inkubasi (masa antara pertama terpapar sampai munculnya gejala) jenis penyakit infeksinya. Gejala-gejala infeksi kemudian timbul seperti suhu naik, merasa sakit, atau gangguan fungsi organ. Di sini pun sebagian besar penyakit menyangkut saluran pencernaan, tetapi dapat pula menimbulkan gejala-gejala di luar sistem saluran pencernaan.

Sumber racun

Bahan yang bersifat racun dapat terbawa ke dalam makanan karena racun tersebut secara alami memang terkandung dalam bahan makanan atau karena terjadi pencemaran. Racun biru atau sianida (HCN), misalnya, secara alami terdapat pada singkong atau asam jengkol pada jengkol. Racun dari luar mencemari makanan bisa terjadi karena keteledoran (tidak disengaja) atau disengaja (tindakan kriminal). Keracunan karena keteledoran sering terjadi pada penggunaan racun serangga (insektisida) di rumah tangga atau dalam produksi pertanian.

Dalam tindakan kriminal, racun ditambahkan pada makanan untuk memberikan efek akut yaitu membunuh dengan cepat atau untuk merusak kesehatan secara perlahan dalam jangka waktu tahunan. Racun yang terkenal misalnya arsenik. Pencemaran makanan oleh racun juga dapat terjadi oleh adanya mikroba yang menghasilkan racun. Contoh yang terkenal adalah Clostridium botulinum yang mencemari makanan kalengan dan menghasilkan racun neurotoksin yang menyerang susunan syaraf yang dapat berakibat fatal karena menyebabkan kelumpuhan pada leher dan tenggorokan sehingga sukar menelan dan bernapas.

Perawatan keracunan makanan

Kalau seseorang atau sekelompok orang mengalami mual, muntah yang disertai sakit perut dan diare tak lama setelah mengonsumsi suatu makanan, ada kemungkinan telah terjadi keracunan makanan. Kalau tidak ada kontraindikasi, harus diusahakan agar sebanyak mungkin makanan yang telah tertelan itu dimuntahkan kembali. Dapat pula diberi cairan garam fisiologis hangat untuk membilasnya, larutan yang diberi Bicarbonas natricus juga digunakan sebagai pembilas.

Untuk menetralkan sisa racun yang tidak dimuntahkan dan belum diserap melalui dinding usus dapat diberikan norit atau susu hangat. Usahakan untuk mendapatkan sampel muntahan dan makanan sisa konsumsi untuk dikirim ke laboratorium dan diperikasa racun yang mungkin menjadi penyebabnya.

Ketika korban dibawa ke dokter atau unit gawat darurat, sejumlah pemeriksaan akan dilakukan seperti pengukuran tekanan darah, denyut nadi, dan suhu tubuh. Pemeriksaan fisik juga dilakukan untuk melihat tanda-tanda atau gejala-gejala luar dari penyakit. Dokter akan menilai seberapa terdehidrasi si korban dan memeriksa area perut untuk memastikan penyakitnya tidak serius. Pemeriksaan dubur mungkin diperlukan yaitu dengan memasukkan jari yang diberi pelumas dan bersarung tangan ke dubur korban.

Sampel berak atau muntahan diambil untuk diuji di laboratorium untuk menemukan racun apa yang menyebabkan penyakit. Sampel urin digunakan untuk menilai tingkat dehidrasi dan kemungkinan kerusakan ginjal. Tes darah mungkin dilakukan untuk menentukan seberapa serius penyakitnya. Rontgen atau CT scan juga mungkin dilakukan jika dokter menduga gejala-gejala yang timbul mungkin disebabkan oleh penyakit lain.

Perawatan utama keracunan makanan adalah dengan mengembalikan cairan tubuh (drehidrasi) misalnya dengan banyak minum. Korban diberi obat-obat yang mengurangi gejala-gejala akutnya, kemudian diberi antidoticum (penangkal racun) terhadap racun yang telah ditelan.

Kalau dampak racun telah terlalu lama dan berat, sering kali upaya pengobatan ini tidak berhasil. Untuk racun-racun tertentu seperti racun jamur, racun bongkrek,dan pestisida, angka kematiannya cukup tinggi. Keracunan-keracunan yang serius akan membutuhkan perawatan intensif di rumah sakit.***

Akhmad Taufik, S.T.P.Alumnus Teknologi Pangan Universitas Padjadjaran.